Langsung ke konten utama

sang penghangat hati



Hari ini kita bergandengan tangan dengan sangat erat dan hangat, saling memberi senyum dengan mata yang berbinar. Tidak ada pertanyaan atas apa yang kita lakukan itu, kita tidak perlu menjelaskan semua hal yang sudah jelas terpampang jawabannya. Seperti orang-orang sering bilang “jika dua insan sedang jatuh cinta maka yang lain hanyalah mengontrak”. Aku malu mengakui kebenaran kalimat itu, kenapa bisa denganmu? Kapan itu terjadi denganku? Kenapa bisa kita? ingin kujawab semuanya dengan jelas dan tidak berbelit-belit, tapi pada akhirnya hanya jawaban ambigu yang bisa ku ucapkan. “aku tidak tau” lalu yang lain mulai mengorek informasi yang lain “apa karena dia baik denganmu?” “mungkin” “ apa karena dia membuatmu nyaman?” “mungkin” “apa dia selalu berlaku manis bila didepanmu?” “mungkin”. Jangan katakan kalau aku aneh ataupun bimbang, sejujurnya memang hanya itu yang bisa kukatakan.

Bila matahari masih ada untuk kedua hati kita hari ini, kumohon bertahanlah selamanya sang penghangat hati. Mungkin aku atau kamu tidak bisa melakukan apapun agar kehendak kita menjadi kehendak Tuhan, namun setidaknya kehendak hatiku ataupun hatimu adalah sesuatu yang baik dan tulus. Seperti layaknya adam dan hawa, kitapun berharap bisa berjodoh seperti mereka karena Tuhan yang menghendakinya. Berjalanlah terus beriringan dengaku, jangan melangkah terlalu cepat agar tidak ada yang kewalahan dan janganlah terlalu lambat agar tidak ada yang terlambat diantara kita. Tetaplah kuat dengan berdiam dihatiku dan akupun akan tetap betah ada dihatimu. Layaknya detik jam yang tak akan pernah berhenti seperti itulah kumau namaku bergema disetiap kata cinta dihatimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mereka yang tak berucap

Dia terus berangan tentang ‘orang itu’. Dia berhayal seandainya kami dapat bertemu kembali, mungkin sebaiknya saat itu lebih lama. Bukan maksud merendahkan dirinya sendiri tapi dia ingin melihat ‘orang itu’ lebih lama. Semua kenangan penuh dengannya seperti kaset rusak yang hanya mengulang hal itu-itu saja. Sebenarnya apa yang terjadi dengan dia dan ‘orang itu’, tidak ada. Sebenarnya apa yang telah dia dan orang itu ungkapkan, tidak ada. Karena tidak ada maka menimbulkan sesak didada.  Berdebat dengan diri sendiri itu menyusahkan, dia tidak bisa menang atas pikirannya sendiri dan tidak bisa kalah atas pilihan hatinya. Dia melihat dari tempat yang aman saat bersamanya, dia tidak ingin menonjol apalagi sampai mengusik ‘orang itu’. Tapi yang terjadi bukan hanya dia yang memperhatikan sesekali diapun diperhatikan. menganggap itu hanya kebetulan tapi terjadi berulang, menganggap itu hanya hayalan tapi terjadi secara nyata. Orang itu bukan hanya sekali melihatnya, bukan hanya se

There's nothing to forgive

“masuk dong Rei, anak-anak pada nanyain elo tuh” “bentar, 5 menit lagi gue masuk kok” “lagian ngapain sih loe dari tadi ngeliatin langit mulu? emang ada yang mau turun? Atau mungkin bakal ada bintang jatuh malam ini?” “hmm...” “just 5 minute, ok?” “hmm..” Ntah apa yang dipikirkan wanita itu, mungkin dia mengalami saat yang sulit saat ini. Dia menengadahkan wajahnya kelangit, mengembuskan nafasnya perlahan seakan paru-parunya akan meledak sebentar lagi karena terlalu banyak udara yang dihirupnya. Tangannya dibiarkan lemas disisinya, membiarkan rambutnya berantakan karena angin yang semakin kencang menghantam tubuhnya. Tapi anehnya dia tidak pernah mengerjapkan mata, dia terus membukanya meski angin mengiris sakit kedalam. Menganggapnya tak apa asal angin membawa bebannya sekarang tanpa meninggalkan bekas untuknya. Menghempaskan kenangan itu pergi jauh agar dia bisa kembali menatap kenyataan tanpa takut airmatanya menetes tanpa izin seperti sekarang. I'm jealous

Hubungan

Siapa yang tau soal ‘siapa lebih cinta? siapa lebih rindu? siapa lebih butuh? Atau siapa lebih sakit?’. Mungkin dia pun tidak tau, ya dia tidak tau kalau dialah yang ‘lebih’. Dia yang lebih cinta, lebih rindu, lebih butuh dan lebih sakit. Siapa yang tau soal ‘sampai kapan mencoba? sampai kapan bertahan? sampai kapan berdiam? Atau sampai kapan bisa berdusta?’. Mungkin dia tau, ya karena dia telah berhenti mencoba, berhenti bertahan, berhenti terdiam dan berhenti berdusta. Dia berkata “berjuanglah”, tapi dia tidak ikut berjuang denganmu. Ah dia memang begitu pikirmu, mengganggapnya biasa karena kamu mencintainya. Dia berkata ‘tunggulah’, tapi dia begitu lama menghampirimu. Ah dia memang begitu pikirmu, mengganggapnya biasa karena kamu menghargainya. Memberinya waktu agar dia merasa ‘kamu berarti’, memberinya jarak agar dia merasa ‘rindu’, memberinya kesempatan agar sadar ‘dia mencintaimu’. Dan memberimu fakta ‘dia tidak mencintaimu’ Mencoba semua yang dia bisa, mengkomprom