Dia terus berangan tentang ‘orang itu’. Dia berhayal
seandainya kami dapat bertemu kembali, mungkin sebaiknya saat itu lebih lama.
Bukan maksud merendahkan dirinya sendiri tapi dia ingin melihat ‘orang itu’
lebih lama. Semua kenangan penuh dengannya seperti kaset rusak yang hanya
mengulang hal itu-itu saja. Sebenarnya apa yang terjadi dengan dia dan ‘orang
itu’, tidak ada. Sebenarnya apa yang telah dia dan orang itu ungkapkan, tidak
ada. Karena tidak ada maka menimbulkan sesak didada.
Berdebat dengan diri sendiri itu menyusahkan, dia tidak bisa
menang atas pikirannya sendiri dan tidak bisa kalah atas pilihan hatinya. Dia melihat
dari tempat yang aman saat bersamanya, dia tidak ingin menonjol apalagi sampai
mengusik ‘orang itu’. Tapi yang terjadi bukan hanya dia yang memperhatikan sesekali
diapun diperhatikan. menganggap itu hanya kebetulan tapi terjadi berulang,
menganggap itu hanya hayalan tapi terjadi secara nyata.
Orang itu bukan hanya sekali melihatnya, bukan hanya sekali
memperhatikannya tapi ‘dia’ seakan tak tau atau mungkin tak mau tau. Mungkin
orang itu sudah memperlihatkannya cukup banyak, apa ‘dia’ merasa apa yang
terjadi diantara mereka atau hanya orang itu yang menganggapnya begitu. Tapi
yang terjadi ‘dia’ pun melihatnya dengan tatapan yang berbeda, sesekali orang
itu merasa jika ‘dia’ berbeda dengannya. Pikiran macam apa ini? tapi hal ini
terjadi berulang dan nyata dirasakan orang itu.
Saat mereka bersama tapi tak benar-benar bersama, saat
mereka berbicara tapi tak benar-benar bersuara, saat mereka saling cinta tapi
tak pernah berucap.
Komentar
Posting Komentar