Langsung ke konten utama

menjadikanku lebih baik



Mungkin ini sedikit aneh dan rasanya tidak lazim, tapi kenyataannya disaat seperti inipun aku merasa bersalah padamu. Saat ini aku memang menangis dan semua orangpun tau kalau itu karenamu, tapi mereka tidak tau bahwa sebagian besar tangisku itu adalah ketidakikhlasan ku melepasmu. Aku jahat karena membuat mereka mengira kaulah penjahatnya, yang hanya bisa menyakiti hati wanita sepertiku.

Sebenarnya apa yang jahat darimu? seakan lupa ingatan karena perpisahan itu, aku terlupakan dengan semua hal indah yang terjadi saat 2 orang ini menjadi kita. Aku lupa kalau dulu tawaku lebih banyak dari tangisku sekarang, aku lupa kalau hangatnya hatiku dulu lebih banyak dibandingkan kehampaanku sekarang. Maaf jika aku menjadikanmu pendosa atas luka yang kurasa, aku seharusnya berterimakasih buat semua bahagia yang dulu kurasakan hanya karena ada dirimu disini. Aku seharusnya bertanya ‘apa yang telah kulakukan padamu sebagai kenangan indah setelah kita berpisah’, seharusnya aku bertanya ‘apa aku telah membuatmu bahagia sebanyak dulu kau membahagiakanku’.

Jika suatu hari nanti kau akan membaca tulisan asalku ini, semoga diwaktu itu aku telah mampu memperbaiki diriku untuk seseorang yang inginku jadikan masa depanku. Membuatnya merasa nyaman denganku, membuatnya bahagia karenaku, membuatnya bertahan disampingku dan membuatnya cinta seperti besarnya cintaku padanya. Bukan ingin membandingkanmu dengannya tapi aku hanya berusaha tidak merasakan hal seperti ini saat dulu harus berpisah denganmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mereka yang tak berucap

Dia terus berangan tentang ‘orang itu’. Dia berhayal seandainya kami dapat bertemu kembali, mungkin sebaiknya saat itu lebih lama. Bukan maksud merendahkan dirinya sendiri tapi dia ingin melihat ‘orang itu’ lebih lama. Semua kenangan penuh dengannya seperti kaset rusak yang hanya mengulang hal itu-itu saja. Sebenarnya apa yang terjadi dengan dia dan ‘orang itu’, tidak ada. Sebenarnya apa yang telah dia dan orang itu ungkapkan, tidak ada. Karena tidak ada maka menimbulkan sesak didada.  Berdebat dengan diri sendiri itu menyusahkan, dia tidak bisa menang atas pikirannya sendiri dan tidak bisa kalah atas pilihan hatinya. Dia melihat dari tempat yang aman saat bersamanya, dia tidak ingin menonjol apalagi sampai mengusik ‘orang itu’. Tapi yang terjadi bukan hanya dia yang memperhatikan sesekali diapun diperhatikan. menganggap itu hanya kebetulan tapi terjadi berulang, menganggap itu hanya hayalan tapi terjadi secara nyata. Orang itu bukan hanya sekali melihatnya, bukan hanya se

There's nothing to forgive

“masuk dong Rei, anak-anak pada nanyain elo tuh” “bentar, 5 menit lagi gue masuk kok” “lagian ngapain sih loe dari tadi ngeliatin langit mulu? emang ada yang mau turun? Atau mungkin bakal ada bintang jatuh malam ini?” “hmm...” “just 5 minute, ok?” “hmm..” Ntah apa yang dipikirkan wanita itu, mungkin dia mengalami saat yang sulit saat ini. Dia menengadahkan wajahnya kelangit, mengembuskan nafasnya perlahan seakan paru-parunya akan meledak sebentar lagi karena terlalu banyak udara yang dihirupnya. Tangannya dibiarkan lemas disisinya, membiarkan rambutnya berantakan karena angin yang semakin kencang menghantam tubuhnya. Tapi anehnya dia tidak pernah mengerjapkan mata, dia terus membukanya meski angin mengiris sakit kedalam. Menganggapnya tak apa asal angin membawa bebannya sekarang tanpa meninggalkan bekas untuknya. Menghempaskan kenangan itu pergi jauh agar dia bisa kembali menatap kenyataan tanpa takut airmatanya menetes tanpa izin seperti sekarang. I'm jealous

Hubungan

Siapa yang tau soal ‘siapa lebih cinta? siapa lebih rindu? siapa lebih butuh? Atau siapa lebih sakit?’. Mungkin dia pun tidak tau, ya dia tidak tau kalau dialah yang ‘lebih’. Dia yang lebih cinta, lebih rindu, lebih butuh dan lebih sakit. Siapa yang tau soal ‘sampai kapan mencoba? sampai kapan bertahan? sampai kapan berdiam? Atau sampai kapan bisa berdusta?’. Mungkin dia tau, ya karena dia telah berhenti mencoba, berhenti bertahan, berhenti terdiam dan berhenti berdusta. Dia berkata “berjuanglah”, tapi dia tidak ikut berjuang denganmu. Ah dia memang begitu pikirmu, mengganggapnya biasa karena kamu mencintainya. Dia berkata ‘tunggulah’, tapi dia begitu lama menghampirimu. Ah dia memang begitu pikirmu, mengganggapnya biasa karena kamu menghargainya. Memberinya waktu agar dia merasa ‘kamu berarti’, memberinya jarak agar dia merasa ‘rindu’, memberinya kesempatan agar sadar ‘dia mencintaimu’. Dan memberimu fakta ‘dia tidak mencintaimu’ Mencoba semua yang dia bisa, mengkomprom