Ini sungguh lucu, rasanya aku bisa menemukan kisah seperti ini setiap hari dan aku rasa semuanya pasti seperti ini.
Aku menyukaimu, dia menyukaiku dan kamu menyukai yang lain.
Bukan aku tidak tau jika perhatiannya berlebih padaku, bukannya dia tidak tau jika perhatianku berlebih padamu dan bukannya kami tidak tau jika perhatianmu berlebih pada dia yang lain.
"Belum lelah?" Dia bertanya padaku. "Lelah untuk apa?" Jawabku.
"Aku sudah lelah." Dia tidak menjawab pertanyaanku tapi malah melanjutkan maksudnya, mungkin dia malas menanggapi kepura-puraan ku. Selain dia memang tidak ada yang tau kalau akting 'baik-baik saja' adalah andalanku, bahkan kamu sekalipun.
"Aku menyukaimu, kamu tau itu. Aku menunggumu dan kamu pun tau itu. Tapi ini adalah perjuangan terakhirku, kamu mau mencoba denganku atau mau terus menunggu?"
"Secepat itu?"
"Ya karena aku harus merayakan kegembiraan ku segera atau mungkin mengobati lukaku secepatnya. Aku tidak bisa seperimu, aku tidak bisa jadi penunggu yang setia. Bukan aku tidak menyukaimu dengan sungguh atau tidak mau setia denganmu, tapi tentu kamu tau seseorang sepertiku pasti lebih mementingkan logika"
Setelah aku mendengar penjelasannya barusan, seketika aku bersyukur karena tidak menyukainya tapi menyukai kamu. Bagaimana bisa dia mengaku menyukaiku tapi masih bisa menggunakan akal sehatnya dengan begitu cepat. Cinta itu buta, itu kepercayaanku.
"Sepertinya aku sudah tau jawabannya."
"Maaf" kataku.
"Tidak apa-apa, tapi setidaknya dengarkan aku untuk yang 1 ini. Jika kamu sangat menyukainya, tunjukkan. Jangan merasa cukup hanya dengan melihat punggungnya saja. Jika kamu sangat menginginkannya, katakan. Jangan merasa cukup hanya dengan kata 'teman' saja. Karena cinta itu tidak buta, cinta bisa melihat dengan cinta siapa dia akan jatuh"
Aku menyukaimu, dia menyukaiku dan kamu menyukai yang lain.
Bukan aku tidak tau jika perhatiannya berlebih padaku, bukannya dia tidak tau jika perhatianku berlebih padamu dan bukannya kami tidak tau jika perhatianmu berlebih pada dia yang lain.
"Belum lelah?" Dia bertanya padaku. "Lelah untuk apa?" Jawabku.
"Aku sudah lelah." Dia tidak menjawab pertanyaanku tapi malah melanjutkan maksudnya, mungkin dia malas menanggapi kepura-puraan ku. Selain dia memang tidak ada yang tau kalau akting 'baik-baik saja' adalah andalanku, bahkan kamu sekalipun.
"Aku menyukaimu, kamu tau itu. Aku menunggumu dan kamu pun tau itu. Tapi ini adalah perjuangan terakhirku, kamu mau mencoba denganku atau mau terus menunggu?"
"Secepat itu?"
"Ya karena aku harus merayakan kegembiraan ku segera atau mungkin mengobati lukaku secepatnya. Aku tidak bisa seperimu, aku tidak bisa jadi penunggu yang setia. Bukan aku tidak menyukaimu dengan sungguh atau tidak mau setia denganmu, tapi tentu kamu tau seseorang sepertiku pasti lebih mementingkan logika"
Setelah aku mendengar penjelasannya barusan, seketika aku bersyukur karena tidak menyukainya tapi menyukai kamu. Bagaimana bisa dia mengaku menyukaiku tapi masih bisa menggunakan akal sehatnya dengan begitu cepat. Cinta itu buta, itu kepercayaanku.
"Sepertinya aku sudah tau jawabannya."
"Maaf" kataku.
"Tidak apa-apa, tapi setidaknya dengarkan aku untuk yang 1 ini. Jika kamu sangat menyukainya, tunjukkan. Jangan merasa cukup hanya dengan melihat punggungnya saja. Jika kamu sangat menginginkannya, katakan. Jangan merasa cukup hanya dengan kata 'teman' saja. Karena cinta itu tidak buta, cinta bisa melihat dengan cinta siapa dia akan jatuh"
Komentar
Posting Komentar