Apakah ada yang pernah merasa optimis lalu pesimis didetik
berikutnya?
Apakah ada yang pernah merasa hangat lalu kedinginnan
didetik berikutnya?
Apakah ada yang pernah merasa dicintai lalu diabaikan
didetik berikutnya?
Jika orang berkata diangkat tinggi lalu dhempaskan ketanah,
maka bagiku itu seperti layangan yang dimainkan lalu ditinggal pemiliknya
melayang-layang dilangit. Ntah karena lupa atau sengaja, dia hanya meninggalkan
gulungan benangnya dan memilih sibuk dengan yang lain.
Semua hal yang sama memang menyenangkan walaupun kata ‘perbedaan
itu menyatukan’ masih terus berkumandang meski ntah untuk siapa. Kalau kamu
kekanan sedangkan dia kekiri, coba katakan padaku bagian mana yang bisa
disatukan. Jika kamu mau ikut dia kekiri sedangkan dia tidak mengajakmu, maka
katakan padaku bagian mana yang bisa disatukan. Jika kamu tetap memilih
mengikutnya sedangkan dia malah mempercepat langkahnya, tolong katakan padaku
bagian mana yang bisa disatukan.
Aku menyukaimu sampai sekarangpun masih begitu, kamu itu
seperti darah dalam tubuhku. Mengalir seolah tidak akan pernah habis, walau
pikiranku berkata ‘TOLONG BERHENTI!’. Kamu itu seperti es krim dengan rasa
vanilla yang selalu kubeli, meski coklat menjanjikan kenikmatan lebih atau rasa
terbaru yang menggiurkan untuk dicoba tapi pilihanku tetap pada vanilla.
Sampai seorang teman berkata santai menanggapiku “kenapa
begitu pelit hanya untuk mencoba sesuatu yang lain, sesuatu yang baru mungkin
akan menimbulkan rasa candu yang lain. kenapa begitu setia dengan hal yang
hanya diam tidak menanggapi setiamu. Jika perasaanmu begitu bodoh maka jangan
biarkan pikiranmu mengikutinya”
Komentar
Posting Komentar