Langsung ke konten utama

bila

Ini sungguh menggelikan. Aku seperti anak kecil bila bersangkutan tentangmu. Aku hanya akan berhenti menangis jika denganmu. Aku hanya akan tersenyum jika aku dekat dengamu. Aku hanya akan berbicara banyak bila itu tentangmu.

Ini seperti aku sedang duduk di ruang tunggu keberangkatan bandara. Aku sedang menunggu pesawat yang pas dengan tiketku. Pesawat yang akan membawa ku ketempat yang kumau.
Aku memang sedang menunggumu. Seseorang yang menurut hatiku tepat membawaku kemana aku mau. Menuju kebahagiaan.

Sebenarnya banyak yang datang saat aku menunggumu. Mencari cara agar aku nyaman dengannya. Mencoba mengalihkan perhatianku untuk melihatnya.
Tapi lagi-lagi aku hanyalah seorang anak kecil yang akan diam bila itu kau.
Aku memang hanya akan melihat kearahmu, kearah kekasih yang sudah kuikrarkan setia ku. Meski aku tak tau setiakah kau denganku.

Tapi seandainya pun kau berbelok dariku, aku rasa tak apa.
mungkin itu caramu ingin pergi dariku. Mungkin berat untuk mengatakan langsung bahwa kau bosan padaku.
Maka bila itu terjadi jangan pernah menahan ataupun meminta maaf padaku.
Aku ingin mengakhirinya dengan baik, seperti tanpa noda saat awal kita memulainya dulu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan

Hal mendekati dan didekati itu lebih rumit bahkan lebih menyakitkan daripada meninggalkan dan ditinggalkan. Mereka adalah dua orang yang tidak begitu kenal dengan salah satu orangnya merasa ingin mengenal lebih dekat. Seiring berjalannya waktu tidak ada yang sepakat bahwa mereka akan menjadi siapa, menjadi si pendekat atau menjadi yg didekati. Semuanya terasa lengkap karena komunikasi, semuanya terasa nyaman karena perhatian, semuanya terasa nyata karena kata-kata indah. Tidak ada yang mengaku atau menyangkal tentang apa yang terjadi, tentang perasaan yang muncul atau mungkin perasaan yang berlalu pergi. perasaan siapa yang muncul? Lalu perasaan siapa yang pergi? Lagi-lagi tidak ada yang mengaku. Pendekatan bukan hal yang mudah buat pemula dan tidak juga gampang buat dia yang sudah berulang mengalami. Karena perasaan yang muncul sesudahnya bukanlah mainan yang kemudian bosan lalu beralih ke yang lain. Karena perasaan yang berlalu pergi tidak dapat disalahkan dalam hal mencoba. Si

Setidaknya

Berlari saat kau ingin berlari akan memberimu tenaga penuh untuk pergi. Tapi berlari saat kau ingin tetap tinggal jangankan tenaga buat tegak diatas kedua kaki saja kau tak akan sanggup. Aku tidak kuat untuk berdiri, rasanya aku hanya akan terbaring menangis sampai air mataku kering dan tenagaku terkuras habis. Aku ingin pergi berlari sekencang kencangnya, pergi menyembuhkan sesak yang terasa bahkan saat aku tak         bernafas. Kemana aku harus pergi jika seluruh organku tak terasa, mereka memilih mati mengikutmu. Dan disinilah aku sekarang. Akhirnya aku bisa berdiri bukan? Akhirnya bisa berlari bukan? Ya, pada memang bisa pergi. Tidak lagi melihatmu, mendengarmu, memelukmu tapi tetap merindukanmu. Setidaknya biarkan saja pergiku sejauh ini dulu sampai mereka kuat berjalan dan senang berlari.

sewajarnya

Aku menemukan yang baru dihidupku. Aku ditinggalkan seseorang dan aku ditemukan seseorang yang lain. Segala sesuatu memang harus berganti. Bertemu dan nanti harus berpisah. Tidak ada yang abadi didunia ini, terlebih sesuatu yang dicintai. Ntah kenapa semakin besar kau mencintai, semakin besar pula peluang berpisah. Jangan merasakan dengan 'terlalu' karena kelak kau juga akan merasakan sakit yang 'terlalu'. Dari dia yang meninggalkan ku, aku menemukan dia yang takut ditinggal olehku. Dia khawatir aku tidak bisa melupakan masalaluku. Dia takut aku membalas semua rasa sakitku padanya. Dia wajar merasakan hal itu, siapa yang tak takut kalau orang yang dicintainya pergi? Aku pernah merasakan sakitnya dicampakkan. Sakitnya ditinggalkan saat aku masih 'terlalu' cinta. Aku tau betul bagaimana rasanya remuk. dan aku tidak akan pernah membuatnya merasakan itu. Tidak akan ku buat dia yang telah 'menyembuhkan' ku merasakan luka. Aku memang tidak terl