Kau melakukan kesalahan lagi, aku melakukan kesalahan lagi. Kau memaafkanku lagi, aku memaafkanmu lagi. Ini sungguh seperti roda, aku menyakitimu dan kau akan balas menyakitiku begitu juga sebaliknya.
Kita bertengkar, berdiam lalu saling meminta maaf dan memaafkan diwaktu berikutnya. Hubungan kita sangat lentur, ibarat karet yang ikut kemana saja kita tarik.
Kita saling menyalahkan, saling mengumbar masalah hubungan pada orang terdekat lalu saling mesra didepan mereka diwaktu berikutnya. Sungguh seperti topeng penari, yang bisa kau letakkan didepan bisa pula kau letakkan dibelakang wajahmu.
Sangat munafik.
Kita tau itu, tapi tetap memilih untuk bersama sampai kini.
Mungkin kita takut kesepian. Mungkin takut menyesal bila berpisah.
ntahlah, aku pun tak tau jawabannya.
Kita hanya saling mempertahankan tanpa tau mau kemana.
Kita seperti terjebak dipulau yang tidak ada dipeta. Kau hanya punya aku dan aku hanya punya kau.
Tapi aku rasa itu sudah cukup untuk kita.
Mungkin kita perlu munafik untuk menutupi rusaknya hubungan kita.
Kelak saat jenuh sudah dibatas toleransi, kitapun akan berbalik badan dan mencari jalan masing-masing.
Kita sebenarnya hanya menunggu waktu, waktu untuk kita berani saling melepaskan.
Kita bertengkar, berdiam lalu saling meminta maaf dan memaafkan diwaktu berikutnya. Hubungan kita sangat lentur, ibarat karet yang ikut kemana saja kita tarik.
Kita saling menyalahkan, saling mengumbar masalah hubungan pada orang terdekat lalu saling mesra didepan mereka diwaktu berikutnya. Sungguh seperti topeng penari, yang bisa kau letakkan didepan bisa pula kau letakkan dibelakang wajahmu.
Sangat munafik.
Kita tau itu, tapi tetap memilih untuk bersama sampai kini.
Mungkin kita takut kesepian. Mungkin takut menyesal bila berpisah.
ntahlah, aku pun tak tau jawabannya.
Kita hanya saling mempertahankan tanpa tau mau kemana.
Kita seperti terjebak dipulau yang tidak ada dipeta. Kau hanya punya aku dan aku hanya punya kau.
Tapi aku rasa itu sudah cukup untuk kita.
Mungkin kita perlu munafik untuk menutupi rusaknya hubungan kita.
Kelak saat jenuh sudah dibatas toleransi, kitapun akan berbalik badan dan mencari jalan masing-masing.
Kita sebenarnya hanya menunggu waktu, waktu untuk kita berani saling melepaskan.
Komentar
Posting Komentar