Langsung ke konten utama

Parasit

Temanku bercerita tentang kehidupan cintanya. Dia merasa sedih tentang kehidupan asmaranya yang mulai didatangi 'parasit'. Ada wanita lain yang menarik perhatian lelakinya. Semula dia menganggap parasit itu hanya akan bertahan sebentar. Tapi anggapannya itu salah, karena parasit itu lambat laun ingin menjadi inang.

Rumput tetangga memang lebih hijau, pepatah itu mungkin yang diamini sang parasit. Jika kau bisa merebut punya orang lain itu akan lebih menyenangkan. Begitu mungkin pikirnya.

Temanku itu trauma. Dia mulai dihantui dengan pesan atau panggilan dari si parasit. Banyak pesan yang mengatakan "seharusnya kau tinggalkan lelaki itu, dia sudah bersamaku sekarang. Tidak capekkah kau mengemis terus agar dia tetap disisimu?"
Temanku itu menangis. Apa yang dia lakukan sampai si parasit itu mengusik hidupnya. Apa dia pernah merebut miliknya? Atau mungkin menyakitinya?
Temanku itu tidak mengenal wanita parasit itu. Dia hanya tiba-tiba muncul, merusak hubungan yang bertahun-tahun dijaga temanku.

Seseorang yang muncul ditengah hubungan kekasih adalah pengganggu. Sama halnya dengan orang ketiga diantara lelaki dan wanita adalah setan. Mungkin memang setan itu diibaratkan sebagai orang ketiga.
Si pengganggu mungkin mengatakan "aku mencintainya juga, dan kurasa akulah yang lebih pantas disisinya dibanding wanita lain".
Mungkin dia mengatas namakan cinta dengan semua perbuatannya. 
Cinta harus diperjuangkan, itu yang sedang dilakukannya.

Parasit tetaplah parasit. Dia tetap akan menjadi pengganggu dari apa yang ditumpanginya. Dia tidak akan bertanya apa yang dilakukannya itu benar atau tidak. Karena dia seorang parasit.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

balon

Waktu itu tepat seperti hari ini. Langit berawan gelap dan ntah apa yang diinginkannya. Dia seperti ingin menangis tapi seakan menahannya. aku ingat tentang hari itu. Hari dimana aku sama seperti langit. aku memang ada “diatas” tapi ntah mengapa aku merasa lebih baik “dibawah” saja. kamu membawaku ke awan. Membawaku ketempat ternyaman yang pernah aku rasakan. Membuatku merasakan yang namanya ‘permen kapas’ rasa cinta. membuatku melayang seperti balon. Balon. ternyata aku memang seperti balon. Mudah sekali membesar hanya karna di tiup dengan angin. Mudah sekali terbang hanya karna angin. Hingga akhirnya meledak karna angin juga. Kamu adalah angin yang menjadikan aku ‘balon’. Angin yang akhirnya membuatku sadar bahwa benda ‘tipis’ seperti ku tidak berarti sama sekali buatmu

Pendekatan

Hal mendekati dan didekati itu lebih rumit bahkan lebih menyakitkan daripada meninggalkan dan ditinggalkan. Mereka adalah dua orang yang tidak begitu kenal dengan salah satu orangnya merasa ingin mengenal lebih dekat. Seiring berjalannya waktu tidak ada yang sepakat bahwa mereka akan menjadi siapa, menjadi si pendekat atau menjadi yg didekati. Semuanya terasa lengkap karena komunikasi, semuanya terasa nyaman karena perhatian, semuanya terasa nyata karena kata-kata indah. Tidak ada yang mengaku atau menyangkal tentang apa yang terjadi, tentang perasaan yang muncul atau mungkin perasaan yang berlalu pergi. perasaan siapa yang muncul? Lalu perasaan siapa yang pergi? Lagi-lagi tidak ada yang mengaku. Pendekatan bukan hal yang mudah buat pemula dan tidak juga gampang buat dia yang sudah berulang mengalami. Karena perasaan yang muncul sesudahnya bukanlah mainan yang kemudian bosan lalu beralih ke yang lain. Karena perasaan yang berlalu pergi tidak dapat disalahkan dalam hal mencoba. Si...

kesepakatan kekasih

Teman-temanku sering berkata kau tak pantas untukku. Kata mereka aku terlalu baik buatmu. Kau akan menyakitiku nanti, membuatku terluka jika aku terus bertahan denganmu. Aku tidak pernah berpikir aku terlalu baik buatmu, itu alasan klasik yang paling kubenci dari dulu. Aku suka kita yang seperti ini, meski banyak krikil dihubungan ini. Kita sering berdebat, sering saling mengacuhkan, sering saling berdiam. Tapi bukankah kau dan aku baik-baik saja? aku bahagia karena semua krikil itu membuat kita saling memahami. Kau juga pernah berkata bahwa setelah kita 'ribut' akan banyak kata cinta yang kita ucapkan agar semua itu terlupakan. Bukankah kita lebih romantis setelahnya? Kau pun berkata seperti itu. Aku dan kau semakin ingin bersama karena semua itu. Karena hanya kau yang paham semua amarah yang kupunya, hanya kau yang akan mengalah setiap air mataku menggenang, hanya kau yang akan segera meminta maaf tanpa perlu aku memintanya. Hanya kau yang bisa membuatku menyukai 'masa...