Langsung ke konten utama

sulit

Kau tau bagaimana rasanya saling menginginkan tapi memilih saling mengabaikan?
Lelaki itu tau bagaimana rasanya.
Saat gadisnya pergi dan dia membiarkannya.
Gadis itu tau, orang lain pun tau apa yang mereka rasakan, tapi saling sepakat untuk meniadakannya.
“aku tau kita sama. Aku ada disini” gadis itu menyentuh dada lelaki itu.
“Aku pergi bukan untuk melupakanmu, aku pergi untuk kita. Aku belum siap untuk semua yang akan menimpa kita nanti, bila hubungan ini diperjelas. Biarkan ini mengapung hingga sampai pada ujungnya”
Lelaki itu tersenyum tulus dan berkata “aku pun berpikir yang sama. Aku memang akan pergi jauh darimu. Bukan krn aku ragu pada perasaan kita tapi krn aku ingin melihatmu disana, digaris akhir yang Tuhan ciptakan hanya untuk kita”
Mereka memang gila. Dalam hubungan memang banyak cobaan yang akan menerpanya maka itu cinta harus diperjuangkan.
lalu apa yang sebenarnya dilakukan dua orang ini?
Bagaimana bisa kau bertemu di ‘finish’ bila kau tidak bersama-sama memulainya di ‘start’.
kau harus memegangnya agar dia tetap disampingmu, bukan malah membiarkannya bersisihan dengan mu.
seharusnya kau menetapkannya sebagai milikmu dari awal agar dia terus menjadi milikmu sampai akhir.
Tapi lelaki dan gadis itu malah tidak melakukan semua hal itu.
“Biarpun kita saling melepas sekarang, saling memunggui sekarang, saling bersebrangan sekarang. Tapi aku percaya kau ada disana untukku. Melihat aku melangkah walau tak menggenggam tanganku, mempercayaiku walau aku tak berjanji padamu. Aku ada ‘disana’ dan aku percaya kaulah yang akan kulihat nanti” gadis mengangguk mantap dengan semua kata-katanya.
“Meski aku tak mengikatmu sekarang, percayalah hanya aku yang akan mengikatmu nanti sampai selamanya” lelaki itu tersenyum dan mulai menjauh.
Kelak kau akan tau mengapa dua orang yang saling mencinta memilih untuk tidak bersama.(sekarang)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mereka yang tak berucap

Dia terus berangan tentang ‘orang itu’. Dia berhayal seandainya kami dapat bertemu kembali, mungkin sebaiknya saat itu lebih lama. Bukan maksud merendahkan dirinya sendiri tapi dia ingin melihat ‘orang itu’ lebih lama. Semua kenangan penuh dengannya seperti kaset rusak yang hanya mengulang hal itu-itu saja. Sebenarnya apa yang terjadi dengan dia dan ‘orang itu’, tidak ada. Sebenarnya apa yang telah dia dan orang itu ungkapkan, tidak ada. Karena tidak ada maka menimbulkan sesak didada.  Berdebat dengan diri sendiri itu menyusahkan, dia tidak bisa menang atas pikirannya sendiri dan tidak bisa kalah atas pilihan hatinya. Dia melihat dari tempat yang aman saat bersamanya, dia tidak ingin menonjol apalagi sampai mengusik ‘orang itu’. Tapi yang terjadi bukan hanya dia yang memperhatikan sesekali diapun diperhatikan. menganggap itu hanya kebetulan tapi terjadi berulang, menganggap itu hanya hayalan tapi terjadi secara nyata. Orang itu bukan hanya sekali melihatnya, bukan hanya se

There's nothing to forgive

“masuk dong Rei, anak-anak pada nanyain elo tuh” “bentar, 5 menit lagi gue masuk kok” “lagian ngapain sih loe dari tadi ngeliatin langit mulu? emang ada yang mau turun? Atau mungkin bakal ada bintang jatuh malam ini?” “hmm...” “just 5 minute, ok?” “hmm..” Ntah apa yang dipikirkan wanita itu, mungkin dia mengalami saat yang sulit saat ini. Dia menengadahkan wajahnya kelangit, mengembuskan nafasnya perlahan seakan paru-parunya akan meledak sebentar lagi karena terlalu banyak udara yang dihirupnya. Tangannya dibiarkan lemas disisinya, membiarkan rambutnya berantakan karena angin yang semakin kencang menghantam tubuhnya. Tapi anehnya dia tidak pernah mengerjapkan mata, dia terus membukanya meski angin mengiris sakit kedalam. Menganggapnya tak apa asal angin membawa bebannya sekarang tanpa meninggalkan bekas untuknya. Menghempaskan kenangan itu pergi jauh agar dia bisa kembali menatap kenyataan tanpa takut airmatanya menetes tanpa izin seperti sekarang. I'm jealous

Hubungan

Siapa yang tau soal ‘siapa lebih cinta? siapa lebih rindu? siapa lebih butuh? Atau siapa lebih sakit?’. Mungkin dia pun tidak tau, ya dia tidak tau kalau dialah yang ‘lebih’. Dia yang lebih cinta, lebih rindu, lebih butuh dan lebih sakit. Siapa yang tau soal ‘sampai kapan mencoba? sampai kapan bertahan? sampai kapan berdiam? Atau sampai kapan bisa berdusta?’. Mungkin dia tau, ya karena dia telah berhenti mencoba, berhenti bertahan, berhenti terdiam dan berhenti berdusta. Dia berkata “berjuanglah”, tapi dia tidak ikut berjuang denganmu. Ah dia memang begitu pikirmu, mengganggapnya biasa karena kamu mencintainya. Dia berkata ‘tunggulah’, tapi dia begitu lama menghampirimu. Ah dia memang begitu pikirmu, mengganggapnya biasa karena kamu menghargainya. Memberinya waktu agar dia merasa ‘kamu berarti’, memberinya jarak agar dia merasa ‘rindu’, memberinya kesempatan agar sadar ‘dia mencintaimu’. Dan memberimu fakta ‘dia tidak mencintaimu’ Mencoba semua yang dia bisa, mengkomprom